Terima kasih atas perhatian, saran dan kritik anda. Blog ini sedang dilakukan proses pengembangan. Silahkan kirim tulisan ke alamat email kawulatemanggung@gmail.com

Selamat Datang bersama Kawula Temanggung

"Saiyeg Saeoko Proyo" menjadi modal dasar untuk membangun daerah kita. Bersatu dan bergotong-royong akan meringankan beban-beban yang selama ini dapat menghambat segala laju potensi. Temanggung merupakan wilayah subur dengan sumber daya manusia yang ulet, tekun dan kuat. Hal ini akan menjadi modal besar bagi kita untuk mewujudkan cita-cita masyarakat Temanggung yang mandiri dan berdaya.

Sunday, September 21, 2008

Catatan Perjalanan Ke Kampung Halamanku

Oleh: Siti Maemonah

Setelah beberapa lama keinginanku pulang kampung ke Temanggung tertunda, akhirnya bulan agustus tahun ini terpenuhi. Jauh dari Surabaya aku sengaja pulang dengan perjalanan sendiri menaiki angkutan per angkutan dari setiap kabupaten. Empat hari empat malam perjalanan semenjak tgl 9 agustus akhirnya sampai di Temanggung 16 agustus. Di rumahku, kertosari Jumo.

Selama perjalanan yang melelahkan tersebut banyak foto yang kudapat. Beragam jenis warung makan unik, produk kerajinan, olahan makanan, jembatan, dan terminal.. Yang terakhir ini mengingatkan sebuah Koran Temanggung yang dikelola teman-teman perantau Jakarta. Stanplat….lucu banget.

Ya Stanplat. Lewat edisi pertama yang aku dapatkan dari adikku di rumah 2 tahun lalu, katanya Koran itu diberi nama Stanplat karena perkumpulan orang-orang perantau punya keinginan agar media itu bisa menjadi tempat kumpulnya banyak orang tanpa membedakan latar belakang.

Perjalanan daratku adalah mimpi lama yang ingin kupenuhi karena selama ini hidupku banyak di laut, keliling dunia tanpa menginjakkan tanah. Hanya beberapa minggu aku menjadi makhluk darat, selebihnya jadi binatang ampibi......cie....

Perjalanan darat memang menarik. Tapi tulisanku kali ini belum tertarik membahas perjalanan dari kabupaten per-kabupaten itu. Sebab aku lebih tertarik membahas kampung halamanku di Temanggung. Selama seminggu penuh aku di Temanggung dari 16 agustus sampai 23 agustus.

Gunung sumbing sindoro tak terlalu indah lagi sebagaimana masa kecilku. Seolah-olah kedua gunung itu sudah mulai tua.. tertekan oleh musuh bernama pemanasan global. Musuh lain yang tak kalah ganas menyerang adalah ulah manusia. Petani, pejabat dan kelompok bisnis swasta sama-sama serakah mengeksploitasi alam sehingga gunung nampak murung.

Jalanan di Temanggung tak kunjung mengalami kemajuan. Di sana-sini banyak yang berlubang. Jalan desa kalaupun di aspal nampaknya bukan aspal pemerintah, tapi biaya warga sendiri. Terlihat kualitasnya yang seandanya. Yang mengherankan bagaimana jalan tidak di perlebar? Bagaimana sumber daya alam pelosok desa bisa terangkut mudah ke kota untuk pemasaran kalau sistem transportasi dan jalan raya tidak bagus?

Ah, kampung halamanku. Nampak pilu dengan keterbelakangan. Sepi tanpa kemajuan. Sangat kontras dengan daerah-daerah seberang yang semakin giat membangun. Terutama di beberapa Negara maju, daerah terbelakang tetap mendapat perhatian. Di Temanggung nampaknya lebih menyerupai daerah tertinggal dari bangsa tertinggal.

Ke tempat saudaraku di Bulu, aku ketemu pak likku, seorang ketua partai politik besar di Temanggung. Saya senang kalau ketemu pak lik yang satu ini.. Karena dengan begitu aku dapatkan banyak informasi yang banyak soal persoalan-persoalan dari Temanggung. Sekalipun cara berpikir politisi dengan orang perantau seperti aku sangat jauh berbeda, tapi tidak kupersoalkan. Biar saja. Yang penting aku dapat pengalaman.

Dia bercerita kalau baru kecapekan setelah partainya terlibat pilkada gubernur dan bupati.. Partainya mengusung Hasyim Afandi sebagai bupati dan menang. Sekalipun bangga karena Hasyim memang dengan proses yang bersih, pak likku bilang banyak hal yang menyakitkan.

Beberapa hal yang menyakitkan adalah adanya money politik di partainya yang dilakukan oleh seorang calon, bos mbako yang ingin jadi bupati lewat partainya. Beberapa pengurus partainya dibayar untuk memilihnya. Tapi beruntung Hasyim yang menang dan calon itu kalah. Sampai kini pak likku masih dimusuhi oleh beberapa pengurus yang marah gara-gara mungkin sudah dikasih uang tapi tidak berhasil memenangkan sang juragan mbako, bahkan untuk sekadar jadi calon wakil bupati.

Cerita lain adalah kiprah Stanplat. Aku pikir pak likku benci dengan stanplat karena beberapa edisi yang kubaca Stanplat ini sangat keras menyerang DPR dan Pemerintah. Ternyata pak likku bilang, stanplat itu bagus karena menyuarakan suara masyarakat yang memang sedang kurang suka dengan partai terutama anggota DPR.

Cerita lain yang menarik adalah peranan para pengurus stanplat yang membantu kesuksesan partainya pak likku memenangkan pilkada Temanggung. Dorongan perantau hebat dan banyak membantu. Orang-orang Stanplat katanya tidak cuma bisa nulis tapi pinter atur strategi.

Sambil makan malam, kami terus berbagi cerita tiada henti. Satu kabar lagi dari pak likku adalah sosok perantau dengan organisasi kadang temanggung yang kebetulan pada agustus ini berkiprah di Temanggung dengan acara bakti sosial.

Menurut pak likku kegiatan bagus cuma orang-orang yang baksos itu sudah terlanjur dikenal tidak beres. Katanya seorang jendral itu dianggap arogan dan sangat berkepentingan jadi orang top di temanggung. Pernah maksa Bupati Totok agar dirinya menjadi penasehatnya. Pernah mengatakan kalau jendral itu tidak pantas jadi bupati karena jabatan bupati hanya pas buat para kopral.

Kelompok kadang temanggung ini juga yang sering membuat onar kegiatan politik perantau yang Mendukung Hasyim Afandi. Saat ada di acara Jakarta hasyim pernah diusir-usir oleh mereka. Tapi anehnya sekarang setelah hasyim jadi bupati mereka merapat dan paling gemar cari muka di kalangan para pejabat temanggung. Seolah-olah mereka adalah orang terhormat yang wajib mendapat tempat.

Akh ternyata. Ada-ada juga orang Temanggung itu. Yang bandit ternyata bukan hanya mereka di pemerintahan atau DPR, tapi yang gemar bakti sosial juga…..

Orang-orang Temanggung saat agustusan memang special. Sampai desa-desa bendera berkibar. Kaloran, kandangan, tepusen, tembarak, prinsurat, njumo, tretep sampai pojok gemawang meriah pesta merah putih. Menyenangkan.

Merdeka………………sementara….Ya sementara. Mereka pada miskin hanya menikmati kemerdekaan dalam sehari. (Bersambung)


Alumni SMP 3 Temanggung, SMA2 Magelang.

Asli Jumo Temanggung yang merantau di Surabaya, berkelana menjelajah lautan dunia..

No comments: